Jumat, 11 Desember 2009

saleP

Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topical pada kulit atau selaput lender. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok: dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dasar salep larut dalam air. Setiap salep obat menggunakan salah satu dasar salep tersebut.
( Anonim, 1995 )
HIDRASI
Dasar salep yang mempengaruhi keadaan hidrasi pada kulit dapat mempengaruhi nyata pada absorbsi perkutan. Hidrasi disebabkan oleh difusi air dari lapisan epidermis bawah dan oleh akumulasi air keringat disebabkan penggunaan dasar salep penutup atau penyampul pada pemukaan kulit. Peranan dasar salep dalam absorbsi obat melalui kulit adalah :
1. Umumnya dasar salep bertendensi memperlambat atau menghambat absorbsi menembus epidermis dan permukaan mukosa.
2. Absorbsi obat dapat terjadi melalui kulit utuh dan berapa jumlahnya ditentukan oleh adanya hubungan sifat kimia dan fisika antara obat dan dasar salep dan obat dengan kulit, bukan karena penetrasi dasar salep secara langsung.
3. Petroleum eter, Bensen dan Kloroform merupkan substansi efisien membuat kulit dapat mengabsorbsi dan mereka membawa zat yang terlarut melalui kulit.
4. Derajat hidrasi kulit berpengaruh lebih besar terhadap absorbsi perkutan dibanding dengan pengaruh bahan dasarnya sendiri.
5. Besarnya kerusakan epidermis dan derajat kehilangan sawar kulit normal lebih menentukan penetrasi melalui epidermis daripada bahan dasar salep.
6. Komposisi bahan dasar salep adalah penting dalam terapi lokal, karena bahan dasar salep dapat memberi efek sendiri pada kulit. Seperti aksi pereda, pengurangan rasa sakit, perlindungan dan efek pelepasan zat aktif.
( Anief, 1993 )
Cara pembuatan salep. Aturan umum:
1. Zat yang dapat larut dalam dasar salep, dilarutkan bila perlu dengan pemanasan rendah.
2. Zat yang tidak cukup larut dalam dasar salep, lebih dulu diserbuk dan diayak dengan derajat ayakan no. 100
3. Zat yang mudah larut dalam air dan stabil, serta dasar salep mampu mendukung atau menyerap air tersebut, dilarutkan dulu dalam air yang tersedia, setelah itu ditambahkan bagian dasar salep yang lain.
4. Bila dasar salep dibuat dengan peleburan, maka campuran tersebut harus diaduk sampai dingin.
Salep harus homogen dan tentukan dengan cara salep dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen.
( Anief, 1997 )

Fungsi salep adalah:
a. Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit
b. Sebagai bahan pelumas
c. Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit dengan larutan berair dan rangsang kulit.
Kualitas dasar salep adalah :
1. Stabil, selama masih dipakai mengobati.
2. lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan homogen.
3. mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit.
4. terdistribusi merata, obat harus terdistribusi merata melalu dasar salep padat atau cair pada pengobatan.
Menurut Higuchi dan Wagner, hubungan fisika dan kimia antara obat dan dasar salep dimana obat berada berpengaruh lebih besar dibanding sifst-sifat penetrasi dasar salep sendiri dalam absorbsi perkutan. Difusi melintasi stratum korneum merupakan tahap penentuan kecepatan dalam absorbsi perkutan melalui kulit yang utuh. Difusi kulit biasanya merupakan proses pasif yang diatur oleh hukum difusi Fick. Difusi yang terjadi didalam fase bahan pembawa (dasar salep) disebut tahap pengendalian kecepatan. Bila obat larut didalam bahan dasar salep, maka kecepatan pelepasannya dapat diubah dengn merubah kadar obatnya atau koefisien difusi asal hanya obat tunggal didalam bahan pembawa. Kecepatan pelepasan obat dri dasar salep dapat lebih cepat diubah dengan merubah kadar obat dibanding merubah koefisien difusi.



Kecepatan pelepasan obat dari dasar salep, bila kelarutan obat didalam dasar salep sangat kecil menurut Higuchi dirumuskan:


A = kadar obat dalam unit cm3
D = koefisien difusi obat di dalam bahan pembawa.
C3= kelarutan obat dalam unit per cm3
Jadi kecepatan pelepasan obat dari dasar salep dapat diatur dengan mengatur: koefisien difusi, kadar obat total, kelarutan obat didalam bahan pembawa dasar salep. Absorbsi perkutan dari kebanyakan obat dihambat/dibatasi oleh sifat permeabilitas kulit yaitu tahap batasan kecepatan berupa difusi melintasi stratum korneum atau sawar kulit. Difusi melalui kulit selalu merupakan proses pasif dan mengikuti hukum Fick dan kecepatan difusi dapat ditulis dengan rumus:
∆c
C = besarnya kadar gradien melintasi membran
A = luas daerah
P = koefisien permeabilitas.

( Anief, 1997 )

Dasar salep digolongkan kedalam 4 kelompok besar, yaitu :
1. Dasar Salep Hidrokarbon
Bersifat lemak (bebas air), preparat yang berair mungkin dapat dicampurkan hanya dalam jumlah sedikit saja. Dasar Hidrokarbon dipakai terutama untuk efek emolien.
2. Dasar Salep Absorpsi
Dapat menjadi dua tipe :
- Memungkinkan percampuran larut berair
- Yang sudah menjadi emulsi air minyak
3. Dasar Salep Yang Dapat Dibersihkan Dengan Air
Merupakan emulsi minyak dalam air yang dapat dicuci dari kulit dan pakaian dengan air.
4. Dasar Salep Larut Air
Basis yang larut dalam air, biasanya disebut sebagai Grea Seless karena tidak mengandung bahan berlemak.

Pemilihan dasar salep untuk dipakai dalam formulasi dari salep tergantung pada pemikiran yang cermat atas sejumlah faktor-faktor termasuk :
a) Laju pelenglepasan yang diinginkan bahan obat dari dasar salep.
b) Keinginan peningkatan oleh dasar salep absorpsi perlakuan dari obat.
c) Kelayakan melindungi lembab dari kulit oleh dasar salep.
d) Jangka lama dan pendeknya obat stabil dalam dasar salep.
e) Pengaruh obat bila ada terhadap kekentalan atau hal lainnya dari dasar salep.

Baik adalam ukuran besar maupun kecil, salep dibuat dengan dua metode umum, yaitu :
1. Pencampuran
Dalam metode pencampuran, komponen dari salep dicampur bersama-sama dengan segala cara sampai sediaan yang rata tercapai. Pada sekala kecil seperti resep yang dibuat tanpa persiapan, ahli farmasi dapat mencampur komponen-komponen dari salep dalam lumpang dengan sebuah alu atau dapat juga menggunakan sudip dan lempeng salep (gelas yang besar atau porselen) untuk menggerus bahan bersama-sama. Beberapa lempeng salep dari gelas adalah gelas penggiling, supaya dapat lebih hancur pada proses penggerusan.
2. Peleburan
Dengan metode peleburan, semua atau beberapa komponen dari salep dicampurkan dengan melebur bersama dan didinginkan dengn pengadukan yang konsten sampai mengental. Komponen-komponen yang tidak dicairkan biasanya ditambahkan pada campuran yang telah mengental setelah didinginkan dan diaduk. Tentu saja bahan-bahan yang mudah menguap ditambahkan terakhir bila temperature dari campuran telah cukup rendah tidak meyebabkan penguraian atau penguapan dari komponen. Banyak bahan-bahan ditambahkan pada campuran yang membeku dalam bentuk larutan, yang lain penambahan sebagai serbuk yang tidak larut, biasanya digerus dengan sebagian dasar salep. Dalam skala kecil proses peleburan dapat dilakukan pada cawan porselen atau gelas beker; pada skla besar umumnya dilaksanakan hetel uap berjaket; sesaat setelah membeku; salep dimasukkan melalui gilingan salep (dalam pabrik skala besar) atau digosok-gosokan dengan lumpang (pada pembuatan skala kecil) untuk memastikan homogenitasnya.
(Ansel, 1989)



Pada metode pengkajian ini dapat dibagi menjadi dua teknik, yaitu :
1. Teknik In Vitro
Teknik In Vitro, yang terpenting untuk mengkaji penetrasi kulit, meliputi penggunaan beberapa macam sel difusi dimana kulit binatang atau manusia terikat pada suatu tempat, dan senyawa-senyawa yang lewat dari permukaan epidermis ketempat cairan diukur.
2. Teknik In Vivo
Teknik In Vivo, yang terpenting adalah teknik histologis, penggunaan perunut, analisis jaringan dan cairan tubuh serta pembawa respon-respon biologis.
(Lachman, 1994)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar