Selasa, 12 Juli 2011

lomba Pameran Foto kebudayaan Indonesia 2011

setelah lama tidak Posting Blogq tercinta..


Mari mulai berkarya dengan berusaha menjadi yang terbaik di kompetisi ini..kompetisi ini bebas untuk kalangan pelajar,mahasiswa, dan umum.
hadiahnya sangat menarik..lumayan untuk modalawal usaha seperti saya mahasiswa semester akhir.heeeehehe..mari siapa yang berminat,ayOoOolah ikut. ga sia-sia deCh qt bakal dapet piala Presiden jugA lhoh..
liat selengkapnya informasi dan persyaratan yang harus dipenuhi di bawah ini.selamat berjuang..caYooooooOOoo!!!!
http://senimedia.org/web/

Rabu, 05 Mei 2010

interaksi obat dengan makanan

Pendahuluan

Interaksi obat merupakan masalah penting yang mengakibatkan ribuan orang harus di rumah sakit di Amerika Serikat setiap tahun. Penelitian selama satu tahun baru-baru ini disejumlah apotek menunjukkan bahwa hampir satu dari 4 pasien yang mendapatkan resep pernah mengalami interaksi obat yang berarti pada suatu saat tertentu dalam tahun tersebut. Interaksi demikian telah menimbulkan gangguan yang serius sehingga kadang-kadang menyebabkan kematian. Yang lebih sering terjadi adalah interaksi yang meningkatkan toksisitas atau turunya efek terapi pengobatan sehingga pasien tidak merasa sehat kembali atau tidak cepat sembuh sebagaimana seharusnya (Harknoss, 1989).
Saat kita mendapatkan obat dari apotik, kita sering diberi tahu bahwa obat sebaiknya diminum sebelum atau sesudah makan. Kita kadang tidak tahu, untuk apa sebenarnya hal tersebut harus dilakukan. Mengapa obat tertentu harus diminum sebelum makan dan obat lainnya harus diminum sesudah makan. Hal itu sebenarnya berkaitan dengan masalah interaksi obat, sebagai salah satu langkah unttuk menghindari terjadinya interaksi dari suatu obat yang merugikan ( Lulukria, 2010).
Secara singkat dikatakan interaksi obat terjadi jika suatu obat mengubah efek obat yang lainnya. Kerja obat yang diubah dapat menjadi lebih atau kurang efektif (Harknoss, 1989). Untuk mendapatkan efek obat harus berinteraksi dengan reseptor tetapi adakalanya obat berinteraksi dengan faktor lain yang dapat meningkatkan atau mengurangi efek dari obat tersebut, antara lain: faktor lingkungan, kondisi fisiologi tubuh, metabolisme tubuh, farmakodinamik, farmakokinetik, dan makanan.
Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi interaksi obat. Pengaruh makanan terhadap kerja obat masih sangat kurang. Karena itu, pada banyak bahan obat masih belum jelas bagaimana pengaruh pemberian makanan pada saat yang sama pada kinetika obat. Pada sejumlah senyawa makanan menyebabkan peningkatan, penundaan, dan penurunan absorbsi obat (Mutschler, 1999). Makanan dapat berikatan dengan obat, sehingga mengakibatkan absorbsi obat berkurang atau lebih lambat. Sebuah contoh diskusi tentang makanan yang berikatan dengan obat adalah interaksi tetrasiklin dengan produk-produk dari susu. Akibatnya adalah penurunan konsentrasi tetrasiklin dalam plasma. Oleh karena adanya efek pengikatan ini, maka tetrasiklin harus dimakan satu jam sebelum atau 2 jam sesudah makan dan tidak boleh dimakan dengan susu (Hayes et al., 1996).
Jadi interaksi obat merupakan sarana bagi semua pihak. Pasien, dokter dan farmasis harus bekerjasama, untuk upaya memaksimalisasi pemakiaan obat demi kepentingan pasien. Di era informasi yang serba cepat dan mudah seperti sekarang ini, masyarakat mestinya semakin menyadari untuk menjadi mitra aktif dalam menjaga pemeliharaan kesehatannya sendiri dan keluarga (Harknoss, 1989).


ISI
INTERAKSI OBAT DENGAN MAKANAN
Dasar yang menentukan apakah obat diminum sebelum, selama atau setelah makan tentunya adalah karena absorpsi, ketersediaan hayati serta efek terapeutik obat bersangkutan, yang amat tergantung dari waktu penggunaan obat tersebut serta adanya kemungkinan interaksi obat dengan makanan itu sendiri. Cukup banyak usaha-usaha yang dilakukan untuk menyelidiki hal ini. Kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan dapat terjadinya interaksi obat dengan makanan adalah :
• Perubahan motilitas lambung dan usus, terutama kecepatan pengosongan lambung dari saat masuknya makanan
• Perubahan pH, sekresi asam serta produksi empedu
• Perubahan suplai darah di daerah splanchnicus dan di mukosa saluran cerna
• Dipengaruhinya absorpsi obat oleh proses adsorpsi dan pembentukan kompleks
• Dipengaruhinya proses transport aktif obat oleh makanan
• Perubahan biotransformasi dan eliminasi.
(Widianto, 1989)
Dari semua pengaruh ini, ada beberapa factor yang mempengaruhi interaksi obat dan makanan antara lain:
a. Pengosongan lambung
Pada kasus tertentu misalnya setelah pemberian laksansia atau penggunaan preparat retard, maka di usus besarpun dapat terjadi absorpsi obat yang cukup besar. Karena besarnya peranan usus halus dalam hal ini, tentu saja cepatnya makanan masuk ke dalam usus akan amat mempengaruhi kecepatan dan jumlah obat yang diabsorpsi. Peranan jenis makanan juga berpengaruh besar di sini. Jika makanan yang dimakan mengandung komposisi 40% karbohidrat, 40% lemak dan 20% protein maka walaupun pengosongan lambung akan mulai terjadi setelah sekitar 10 menit. Proses pengosongan ini baru berakhir setelah 3 sampai 4 jam. Dengan ini selama 1 sampai 1,5 jam volume lambung tetap konstan karena adanya proses-proses sekresi.
Tidak saja komposisi makanan, suhu makanan yang dimakanpun berpengaruh pada kecepatan pengosongan lambung ini. Sebagai contoh makanan yang amat hangat atau amat dingin akan memperlambat pengosongan lambung. Ada pula peneliti yang menyatakan pasien yang gemuk akan mempunyai laju pengosongan lambung yang lebih lambat daripada pasien normal. Nyeri yang hebat misalnya migren atau rasa takut, juga obat-obat seperti antikolinergika (missal atropin, propantelin), antidepresiva trisiklik (misal amitriptilin, imipramin) dan opioida (misal petidin, morfin) akan memperlambat pengosongan lambung. Sedangkan percepatan pengosongan lambung diamati setelah minum cairan dalam jumlah besar, jika tidur pada sisi kanan (berbaning pada sisi kiri akan mempunyai efek sebaliknya,) atau pada penggunaan obat seperti metokiopramida atau khinidin. Jelaslah di sini bahwa makanan mempengaruhi kecepatan pengosongan lambung, maka adanya gangguan pada absorpsi obat karenanya tidak dapat diabaikan.
b. Komponen makanan
Efek perubahan dalam komponen-komponen makanan :
1. Protein (daging, dan produk susu)
Sebagai contoh, dalam penggunaan Levadopa untuk mngendalikan tremor pada penderita Parkinson. Akibatnya, kondisi yang diobati mungkin tidak terkendali dengan baik. Hindari atau makanlah sesedikit mungkin makanan berprotein tinggi (Harknoss, 1989).
2. Lemak
Keseluruhan dari pengaruh makan lemak pada metabolisme obat adalah bahwa apa saja yang dapat mempengaruhi jumlah atau komposisi asam lemak dari fosfatidilkolin mikrosom hati dapat mempengaruhi kapasitas hati untuk memetabolisasi obat. Kenaikan fosfatidilkolin atau kandungan asam lemak tidak jenuh dari fosfatidilkolin cenderung meningkatkan metabolism obat (Gibson, 1991). Contohnya : Efek Griseofulvin dapat meningkat.interaksi yang terjadi adalah interaksi yang menguntungkan dan grieseofluvin sebaiknya dimakan pada saat makan makanan berlemak seperti daging sapi, mentega, kue, selada ayam, dan kentang goring (Harkness, 1989).
3. Karbohidrat
Karbohidrat tampaknya mempunyai efek sedikit pada metabolism obat, walaupun banyak makan glukosa, terutama sekali dapat menghambat metabolism barbiturate, dan dengan demikian memperpanjang waktu tidur. Kelebihan glukosa ternyata juga mengakibatkan berkurangnya kandungan sitokrom P-450 hati dan memperendah aktivitas bifenil-4-hidroksilase (Gibson, 1991). Sumber karbohidrat: roti, biscuit, kurma, jelli, dan lain-lain (Harkness, 1989).
4. Vitamin
Vitamin merupakan bagian penting dari makanan dan dibutuhkan untuk sintesis protein dan lemak, keduanya merupakan komponen vital dari system enzim yang memetabolisasi obat. Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa perubahan dalam level vitamin, terutama defisiensi, menyebabkan perubahan dalam kapasitas memetabolisasi obat. Contohnya :
a. Vit A dan vit B dengan antacid, menyebabkan penyerapan vitamin berkurang.
b. Vit C dengan besi, akibatnya penyerapan besi meningkat.
c. Vit D dengan fenitoin (dilantin), akibatnya efek vit D berkurang.
d. Vit E dengan besi, akibatnya aktivitas vit E menurun.
(Harkness, 1989)
5. Mineral
Mineral merupakan unsur logam dan bukan logam dalam makanan untuk menjaga kesehatan yang baik. Unsur – unsure yang telah terbukti mempengaruhi metabolisme obat ialah: besi, kalium, kalsium, magnesium, zink, tembaga, selenium, dan iodium. Makanan yang tidak mengandung magnesium juga secara nyata mengurangi kandungan lisofosfatidilkolin, suatu efek yang juga berhubungan dengan berkurangnya kapasitas memetabolisme hati. Besi yang berlebih dalam makanan dapat juga menghambat metabolisme obat. Kelebihan tembaga mempunyai efek yang sama seperti defisiensi tembaga, yakni berkurangnya kemampuan untuk memetabolisme obat dalam beberapa hal. Jadi ada level optimum dalam tembaga yang ada pada makanan untuk memelihara metabolism obat dalam tubuh (Gibson, 1991).
c. Ketersediaan hayati
Penggunaan obat bersama makanan tidak hanya dapat menyebabkan perlambatan absorpsi tetapi dapat pula mempengaruhi jumlah yang diabsorpsi (ketersediaan hayati obat bersangkutan). Penisilamin yang digunakan sebagai basis terapeutika dalam menangani reumatik, jika digunakan segera setelah makan, ketersediaan hayatinya jauh lebih kecil dibandingkan jika tablet tersebut digunakan dalam keadaan lambung kosong. Ini akibat adanya pengaruh laju pengosongan lambung terhadap absorpsi obat (Gibson, 1991).
Interaksi antara obat dan makanan disini dapat dibagi menjadi :
1. Obat-obatan yang dapat menurunkan nafsu makan, mengganggu pengecapan dan mengganggu traktus gastrointestinal atau saluran pencernaan.
2. Obat-obatan yang dapat mempengaruhi absorbsi, metabolisme dan eksresi zat gizi
Obat dan penurunan nafsu makan
Efek samping obat atau pengaruh obat secara langsung, dapat mempengaruhi nafsu makan. Kebanyakan stimulan CNS dapat mengakibatkan anorexia. Efek samping obat yang berdampak pada gangguan CNS dapat mempengaruhi kemampuan dan keinginan untuk makan. Obat-obatan penekan nafsu makan dapat menyebabkan terjadinya penurunan berat badan yang tidak diinginkan dan ketidakseimbangan nutrisi (Mahan, 2002).
Obat dan perubahan pengecapan atau penciuman
Banyak obat yang dapat menyebabkan perubahan terhadap kemampuan merasakan dysgeusia, menurunkan ketajaman rasa hypodysgeusia. Gejala-gejala tersebut dapat mempengaruhi intake makanan. Obat-obatan yang umum digunakan dan diketahui menyebabkan hypodysgeusia seperti: obat antihipertensi (captopril), antriretroviral ampenavir, antineoplastik cisplastin, dan antikonvulsan phenytoin (Mahan, 2002).
Obat dan gangguan gastrointestinal
Obat dapat menyebabkan perubahan pada fungsi usus besar dan hal ini dapat berdampak pada terjadinya konstipasi atau diare. Obat-obatan narkosis seperti kodein dan morfin dapat menurunkan produktivitas tonus otot halus dari dinding usus. Hal ini berdampak pada penurunan peristaltik yang menyebabkan terjadinya konstipasi (Lulukria, 2010).
Absorbsi
Interaksi dalam proses absorpsi dapat terjadi dengan berbagai cara misalnya,
- Perubahan (penurunan) motilitas gastrointestinal oleh karena obat-obat seperti morfin atau senyawa-senyawa antikolinergik dapat mengubah absorpsi obat-obat lain.
- Kelasi yakni pengikatan molekul obat-obat tertentu oleh sen/.zyawa logam sehingga absorpsi akan dikurangi, oleh karena terbentuk senyawa kompleks yang tidak diabsorpsi. Misalnya kelasi antara tetrasiklin dengan senyawa-senyawa logam /berat akan menurunkan absorpsi tetrasiklin.
- Makanan juga dapat mengubah absorpsi obat-obat tertentu, misalnya: umumnya antibiotika akan menurun absorpsinya bila diberikan bersama dengan makanan
(Grahame, 1985)
Obat-obatan yang dikenal luas dapat mempengaruhi absorbsi zat gizi adalah obat-obatan yang memiliki efek merusak terhadap mukosa usus. Antineoplastik, antiretroviral, NSAID dan sejumlah antibiotik diketahui memiliki efek tersebut. Mekanisme penghambatan absorbsi tersebut meliputi: pengikatan antara obat dan zat gizi (drug-nutrient binding) contohnya Fe, Mg, Zn, dapat berikatan dengan beberapa jenis antibiotik; mengubah keasaman lambung seperti pada antacid dan antiulcer sehingga dapat mengganggu penyerapan B12, folat dan besi; serta dengan cara penghambatan langsung pada metabolisme atau perpindahan saat masuk ke dinding usus (Lulukria, 2010).
Metabolisme
Interaksi dalam proses metabolisme dapat terjadi dengan dua kemungkinan, yakni
• Pemacuan enzim (enzyme induction) suatu obat (presipitan) dapat memacu metabolisme obat lain (obat obyek) sehingga mempercepat eliminasi obat tersebut. Obat-obat yang dapat memacu enzim metabolism obat disebut sebagai enzyme inducer. Dikenal beberapa obat yang mempunyai sifat pemacu enzim ini yakni Rifampisin; Antiepileptika: fenitoin, karbamasepin, fenobarbital.
• Penghambatan enzim, Obat-obat yang punya kemampuan untuk menghambat enzim yang memetabolisir obat lain dikenal sebagai penghambat enzim (enzyme inhibitor). Akibat dari penghambatan metabolisme obat ini adalah meningkatnya kadar obat dalam darah dengans egala konsekuensinya, oleh karena terhambatnya proses eliminasi obat. Obat-obat yang dikenal dapat menghambat aktifitas enzim metabolisme obat antara lain kloramfenikol, isoniazid, simetidin, propanolol, eritromisin, fenilbutason, alopurinol,dan lain-lain.
(Grahame, 1985)
Obat-obatan dan zat gizi mendapatkan enzim yang sama ketika sampai di usus dan hati. Akibatnya beberapa obat dapat menghambat aktifitas enzim yang dibutuhkan untuk memetabolisme zat gizi. Sebagai contohnya penggunaan metotrexate pada pengobatan kanker menggunakan enzim yang sama yang dipakai untuk mengaktifkan folat. Sehingga efek samping dari penggunaan obat ini adalah defisiensi asam folat (Lulukria, 2010).
Ekskresi
Obat-obatan dapat mempengaruhi dan mengganggu eksresi zat gizi dengan mengganggu reabsorbsi pada ginjal dan menyebabkan diare atau muntah. Sehingga jika dirangkum, efek samping pemberian obat-obatan yang berhubungan dengan gangguan GI (gastrointestinal) dapat berupa terjadinya mual, muntah, perubahan pada pengecapan, turunnya nafsu makan, mulut kering atau inflamasi/ luka pada mulut dan saluran pencernaan, nyeri abdominal (bagian perut), konstipasi dan diare. Efek samping seperti di atas dapat memperburuk konsumsi makanan si pasien. Ketika pengobatan dilakukan dalam waktu yang panjang tentu dampak signifikan yang memperngaruhi status gizi dapat terjadi (Bruyne, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
Bruyne, L. K., et al., 2008, Nutrition and Diet Therapy, USA: Thompson.
Gibson, Gordon, 1991, Pengantar Metabolisme Obat, UI Press ; Jakarta.
Grahame, Smith DG et al., 1985, Oxford Textbook of Clinical Pharmacology and Drug Therapi, Pp.158-171, Oxford University Press, Oxford.
Harkness, Richard, 1989, Interaksi Obat, Penerbit ITB: Bandung.
Hayes, Eveleyn et al., 1996, Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Mahan, L. K. and Escott-Stump, S, 2002, Krause’s Food, Nutrition and Diet Therapy. USA: Elsevier.
Muttschler,Ernest, 1999, Dinamika Obat : Farmakologi dan Toksikologi, Penerbit ITB: Bandung.
Widianto, Mathilda ., 1989, Cermin Dunia Kedokteran, PT Temprint: Jakarta.

Senin, 28 Desember 2009

cowok idaman.....

COWOK KAYA APA SIE YANG DIMAU PARA CEWEK????????
mAu tau rahasianya…..??

cowok emg beda…kalau ada istilah “ cowok itu sama aja”, itu Salah BESAR!!!!
Ini mungkin kurang lebih sedikit bela para cowok, tapi sebenarnya ini yang ingin diungkapkan oleh setiap cowok yang bener-bener beda ma cowok”brengsek” atau lebih halusnya cowok yang suka permainin cewek2.

Tapi sebenarnya jika cewek mengatakan klo cowok itu sama aja, itu barang kali hanya suatu ungkapan kecil akan kekecewaanya atau juga karena ikut-ikutan scenario di sinetron yang sering muncul di TV.hahahaha

Mau tau buat para cowok??apa sie criteria cewek tentang cowok yang diharepin????
 Cowok yang kuat imannya..seiman !!!
 Cowok yang memiliki perasaan suka ma cewek tapi malu untuk ngungkapin, tapi kadangkalanya cowok itu kelepasan atau barangkali menunjukkan sikap suka nya dengan diam-diam atau malu-malu...yang penting tidak secara gamblang bilang « suka » ketika pertama kali bertemu.
 Cowok yang pura-pura tidak perhatian tapi sebenarnya diam-diam senantiasa menjaga atau melindungi sewaktu-waktu cewek yang ia suka terluka....(ini yang buat para cewek terkesima sewaktu ia tau)
 Cowok yang biasa tapi terlihat luarbiasa ketika bicara didepan umum...terlihat wibawanya kan ?????
Tapi jangan salah cowok biasa bukan berarti bodoh yaCh !!!!tapi lebih ke tidak banyak tingkah...bisa dibilang klo ga sombong. JAIM boleh lah..but jgn LEBAY ya !!!
 Cewek kebanyakan suka cowok yang punya ide2 cemerlang buat ngungkapin perasaanya, »SURPRISE » lebih beri arti berkesan atau buat pengalaman terindah bagi si cewek. Artina event itu bkal tak terlupakan !!!so sweeet....
 Cowok yang terlihat kaku tapi sebenarnya hatinya lembut, perhatian, n setia. Tapi jangan terlalu lembek atau terlihat hanya pasrah terhadap suatu masalah baik yang akan dihadapi nantinya, atau yang dihadapi si cewek ajah. TEGAS !!!
 Jangan gampang bilang « maapin aku.... » sewaktu kamu punya salah atau sebenarnya ga salah. Cewek kadangkala pingin pertengkaran kecil....buat have fun or biar g monoton bebas masalah. Jgn lebih dari 3hari untuk pura-pura marah.
 Bunga jadi hal yang biasa,,,,,bahkan udah basi !!!lok kata orang cwek bisa ditaklukkan hanya dengan bunga.itu SALAH besar...basi tau!!!!
Beri hadiah yang beda !!!,unik, punya arti dalem(lebih ada gregetnya/pengorbanan u/ dapetin barang itu mungkin), dan yg penting cewek itu pastiin suka. Lebih baik murah daripada mahal tapi biasa ajaCh...
 Inget jangan sering kasih hadiah....itu buat cewek ketagihan atau barangkali buat cewek ilfill. Alias juga bikin loe para cowok Bokek
 Cowok yang ngrasa sakit bgt hatinya or teriris, n sedih banget ktika ceweknya terluka....atau rela nglawan sapa aja yg telah keterlaluan ganggu ceweknya. ( contoh adegan gu jun pyo ketika nylametin si jan Di dari penyekapan haje, uh hebat bgt...mpe jun Pyo rela dipukulin sampe babak belul hanya demi jan Di aman !!!) so sweeet.....
 Cowok cerdas...ga perlu pinter !!!inget wajah / tampang hanya kecil persenya...asal bersih n rapi udah cukup kok. Makanya nie criteria yang q tempatin di poit akhir...
 Jadi jgn minder yaCh...yg penting berusaha !!!

Sementara hanya ini yang bisa q katakan...ini mungkin hanya berapa persennya dari hal yang diharepin para cewek.
Q juga ngarep kalie dapet cowok yang begini.....ups jadi ktauan deh nie harepan cowok idaman aq.
Good Luck buat kalian....SEMANGAT !!!

Tulisan ini hanya inspirasi kecil yang muncul ketika liat drama koRea boys before Flower yang baguuuues bgt !!!
Jadi sebagian sifat yng dimiliki gu jun Pyo...hehehe.

Kamis, 17 Desember 2009

ai n min ho

Rabu, 16 Desember 2009

Senin, 14 Desember 2009

Global Warming..makin parah


semakin lama kondisi lingkungan disekitar kita semakin sulit diprediksi.untuk mengetahui lebih lanjut tentang apa itu global warming,,,maka untuk kalian para pembaca penting untuk lebih tau tentang semua ini, jika ingin perbaiki bumi ini dari kerusakan alam.
ayo galakkan CINTA LINGKUNGAN< CINTAI BUMI KITA!!!!!!!!!!!!!!!!!


1. Mengapa fenomena global warming bisa terjadi, apa penyebabnya? Dan apa akibatnya yang mungkin akan terjadi?
Salah satu penyebabnya ialah peningkatan efek rumah kaca yang terjadi di bumi. Pada dasarnya, efek rumah kaca menyebabkan atmosfir bumi menjadi hangat dan membuat bumi dapat ditinggali oleh makhluk hidup. Tanpa efek rumah kaca, bumi akan menjadi planet yang amat dingin. Dengan temperatur rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dengan efek rumah kaca (tanpanya suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi). Adapun contoh gas-gas yang dapat menyebabkan efek rumah kaca ialah CO2, CH4, NOx, SOx, SF6, H2O, dan PFC. Akan tetapi sebaliknya, akibat jumlah gas-gas tersebut telah berlebih di atmosfer, maka terjadilah fenomena pemanasan global.
Akibatnya yang mungkin terjadi :
• Iklim Mulai Tidak Stabil
Karena kadar CO2 meningkat panas matahari terperangkap di bumi, mengakibatkan suhu udara semakin meningkat. Karena panas, suhu air laut menjadi lebih hangat. Suhu air laut yang meningkat membuat es di kedua kutub mencair.
• Dampak Sosial Dan Politik
Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi.
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air (Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases)
• Peningkatan Permukaan Laut
Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub
• Suhu Global Cenderung Meningkat
• Gangguan Ekologis
2. fenomena green house effect? Mengapa bisa terjadi?
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut dalam bentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini mengenai permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini sebagai radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi.. Proses ini dapat berlangsung berulang kali, sementara gelombang yang masuk juga terus menerus bertambah. Akibatnya, terjadi akumulasi panas di atmosfe.
Sebenarnya, efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dengan efek rumah kaca(tanpanya suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi). Akan tetapi sebaliknya, akibat jumlah gas-gas tersebut telah berlebih di atmosfer, pemanasan global menjadi akibatnya.
3. Cemaran-cemaran apa yang dapat menyebabkan penipisan lapisan ozon? Reaksi kimia?
Polutan yang paling merugikan mempengaruhi lapisan ozon adalah fluorocarbon, terutama yang mengandung chlorida/bromida. Bahan yang paling bertanggung jawab terhadap penipisan sebagian besar lapisan ozon adalah yang mengandung chlorida yaitu chlorofluorocarbon/CFC.
Bahan kimia ini menipiskan lapisan ozon dengan bertindak sebagai katalis dalam suatu reaksi kimia yang merubah ozon (O3dan O1) menjadi oksigen (O2). Reaksi ini dipercepat dengan adanya kristal-kristal es di stratosfer yang merupakan salah satu dari sumber bagi kerugian besar ozon di Antartic( kehilangan sebesar 50-60%). Karena CFC bertindak sebagai katalis, maka mereka tidak dikonsumsi dalam reaksi yang merubah ozon menjadi oksigen, tetapi tetap ada di stratosfer dan terus menerus merusak ozon selama bertahun-tahun.


4. Mengapa hujan asam sering terjadi didaerah industri?jelaskan!
secara kimiawi reaksi terjadinya hujan asam adalah sebagai berikut:
H2O (l) + CO2 (g) → H2CO3 (aq)
asam karbonat kemudian terionisasi dalam air membentuk ion-ion hidronium yang berkosentrasi rendah:
2H2O (l) + H2CO3 (aq) ⇌ CO32- (aq) + 2H3O+(aq)
Untuk itu hujan asam yang sering terjadi didaerah industri diantaranya dikarenakan kemasaman yang berlebihan pada hujan yang disebabkan daerah industri banyak penggunaan bahan bakar fosil diantaranya untuk keperluan listrik, polusi dari kendaraan bermotor dan polutan industri. Dengan kemajuan teknologi menyebabkan banyaknya industri yang membangun cerobong asapnya menjadi tinggi. Dan ini menyebabkan asap/polutan dari pabrik tersebut terbawa angin ke arah yang lebih jauh.. sehingga menimbulkan dampak ekologi yang lebih parah. Dari jenis ini yang paling berbahaya adalah sulfur dioksida dan Nitrogen Oksida.. berturut2 yang disebutkan berasal dari pembakaran batu bara dan asap knalpot kendaraan bermotor.
5. Ada berapa lingkungan air dialam, yang anda ketahui?
Air di bumi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
1. Air Tanah
Air tanah adalah air yang berada di bawar permukaan tanah. Air tanah dapat kita bagi lagi menjadi dua, yakni
a. Air Tanah Preatis
Air tanah preatis adalah air tanah yang letaknya tidak jauh dari permukaan tanah serta berada di atas lapisan kedap air / impermeable.
b. Air Tanah Artesis
Air tanah artesis letaknya sangat jauh di dalam tanah serta berada di antara dua lapisan kedap air.
2. Air Permukaan
Air pemukaan adalah air yang berada di permukaan tanah dan dapat dengan mudah dilihat oleh mata kita. Contoh air permukaan seperti laut, sungai, danau, kali, rawa, empang, dan lain sebagainya. Air permukaan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
a. Perairan Darat
Perairan darat adalah air permukaan yang berada di atas daratan misalnya seperti rawa-rawa, danau, sungai, dan lain sebagainya.
b. Perairan Laut
Perairan laut adalah air permukaan yang berada di lautan luas. Contohnya seperti air laut yang berada di laut.

Jumat, 11 Desember 2009

saleP

Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topical pada kulit atau selaput lender. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok: dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dasar salep larut dalam air. Setiap salep obat menggunakan salah satu dasar salep tersebut.
( Anonim, 1995 )
HIDRASI
Dasar salep yang mempengaruhi keadaan hidrasi pada kulit dapat mempengaruhi nyata pada absorbsi perkutan. Hidrasi disebabkan oleh difusi air dari lapisan epidermis bawah dan oleh akumulasi air keringat disebabkan penggunaan dasar salep penutup atau penyampul pada pemukaan kulit. Peranan dasar salep dalam absorbsi obat melalui kulit adalah :
1. Umumnya dasar salep bertendensi memperlambat atau menghambat absorbsi menembus epidermis dan permukaan mukosa.
2. Absorbsi obat dapat terjadi melalui kulit utuh dan berapa jumlahnya ditentukan oleh adanya hubungan sifat kimia dan fisika antara obat dan dasar salep dan obat dengan kulit, bukan karena penetrasi dasar salep secara langsung.
3. Petroleum eter, Bensen dan Kloroform merupkan substansi efisien membuat kulit dapat mengabsorbsi dan mereka membawa zat yang terlarut melalui kulit.
4. Derajat hidrasi kulit berpengaruh lebih besar terhadap absorbsi perkutan dibanding dengan pengaruh bahan dasarnya sendiri.
5. Besarnya kerusakan epidermis dan derajat kehilangan sawar kulit normal lebih menentukan penetrasi melalui epidermis daripada bahan dasar salep.
6. Komposisi bahan dasar salep adalah penting dalam terapi lokal, karena bahan dasar salep dapat memberi efek sendiri pada kulit. Seperti aksi pereda, pengurangan rasa sakit, perlindungan dan efek pelepasan zat aktif.
( Anief, 1993 )
Cara pembuatan salep. Aturan umum:
1. Zat yang dapat larut dalam dasar salep, dilarutkan bila perlu dengan pemanasan rendah.
2. Zat yang tidak cukup larut dalam dasar salep, lebih dulu diserbuk dan diayak dengan derajat ayakan no. 100
3. Zat yang mudah larut dalam air dan stabil, serta dasar salep mampu mendukung atau menyerap air tersebut, dilarutkan dulu dalam air yang tersedia, setelah itu ditambahkan bagian dasar salep yang lain.
4. Bila dasar salep dibuat dengan peleburan, maka campuran tersebut harus diaduk sampai dingin.
Salep harus homogen dan tentukan dengan cara salep dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen.
( Anief, 1997 )

Fungsi salep adalah:
a. Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit
b. Sebagai bahan pelumas
c. Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit dengan larutan berair dan rangsang kulit.
Kualitas dasar salep adalah :
1. Stabil, selama masih dipakai mengobati.
2. lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan homogen.
3. mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit.
4. terdistribusi merata, obat harus terdistribusi merata melalu dasar salep padat atau cair pada pengobatan.
Menurut Higuchi dan Wagner, hubungan fisika dan kimia antara obat dan dasar salep dimana obat berada berpengaruh lebih besar dibanding sifst-sifat penetrasi dasar salep sendiri dalam absorbsi perkutan. Difusi melintasi stratum korneum merupakan tahap penentuan kecepatan dalam absorbsi perkutan melalui kulit yang utuh. Difusi kulit biasanya merupakan proses pasif yang diatur oleh hukum difusi Fick. Difusi yang terjadi didalam fase bahan pembawa (dasar salep) disebut tahap pengendalian kecepatan. Bila obat larut didalam bahan dasar salep, maka kecepatan pelepasannya dapat diubah dengn merubah kadar obatnya atau koefisien difusi asal hanya obat tunggal didalam bahan pembawa. Kecepatan pelepasan obat dri dasar salep dapat lebih cepat diubah dengan merubah kadar obat dibanding merubah koefisien difusi.



Kecepatan pelepasan obat dari dasar salep, bila kelarutan obat didalam dasar salep sangat kecil menurut Higuchi dirumuskan:


A = kadar obat dalam unit cm3
D = koefisien difusi obat di dalam bahan pembawa.
C3= kelarutan obat dalam unit per cm3
Jadi kecepatan pelepasan obat dari dasar salep dapat diatur dengan mengatur: koefisien difusi, kadar obat total, kelarutan obat didalam bahan pembawa dasar salep. Absorbsi perkutan dari kebanyakan obat dihambat/dibatasi oleh sifat permeabilitas kulit yaitu tahap batasan kecepatan berupa difusi melintasi stratum korneum atau sawar kulit. Difusi melalui kulit selalu merupakan proses pasif dan mengikuti hukum Fick dan kecepatan difusi dapat ditulis dengan rumus:
∆c
C = besarnya kadar gradien melintasi membran
A = luas daerah
P = koefisien permeabilitas.

( Anief, 1997 )

Dasar salep digolongkan kedalam 4 kelompok besar, yaitu :
1. Dasar Salep Hidrokarbon
Bersifat lemak (bebas air), preparat yang berair mungkin dapat dicampurkan hanya dalam jumlah sedikit saja. Dasar Hidrokarbon dipakai terutama untuk efek emolien.
2. Dasar Salep Absorpsi
Dapat menjadi dua tipe :
- Memungkinkan percampuran larut berair
- Yang sudah menjadi emulsi air minyak
3. Dasar Salep Yang Dapat Dibersihkan Dengan Air
Merupakan emulsi minyak dalam air yang dapat dicuci dari kulit dan pakaian dengan air.
4. Dasar Salep Larut Air
Basis yang larut dalam air, biasanya disebut sebagai Grea Seless karena tidak mengandung bahan berlemak.

Pemilihan dasar salep untuk dipakai dalam formulasi dari salep tergantung pada pemikiran yang cermat atas sejumlah faktor-faktor termasuk :
a) Laju pelenglepasan yang diinginkan bahan obat dari dasar salep.
b) Keinginan peningkatan oleh dasar salep absorpsi perlakuan dari obat.
c) Kelayakan melindungi lembab dari kulit oleh dasar salep.
d) Jangka lama dan pendeknya obat stabil dalam dasar salep.
e) Pengaruh obat bila ada terhadap kekentalan atau hal lainnya dari dasar salep.

Baik adalam ukuran besar maupun kecil, salep dibuat dengan dua metode umum, yaitu :
1. Pencampuran
Dalam metode pencampuran, komponen dari salep dicampur bersama-sama dengan segala cara sampai sediaan yang rata tercapai. Pada sekala kecil seperti resep yang dibuat tanpa persiapan, ahli farmasi dapat mencampur komponen-komponen dari salep dalam lumpang dengan sebuah alu atau dapat juga menggunakan sudip dan lempeng salep (gelas yang besar atau porselen) untuk menggerus bahan bersama-sama. Beberapa lempeng salep dari gelas adalah gelas penggiling, supaya dapat lebih hancur pada proses penggerusan.
2. Peleburan
Dengan metode peleburan, semua atau beberapa komponen dari salep dicampurkan dengan melebur bersama dan didinginkan dengn pengadukan yang konsten sampai mengental. Komponen-komponen yang tidak dicairkan biasanya ditambahkan pada campuran yang telah mengental setelah didinginkan dan diaduk. Tentu saja bahan-bahan yang mudah menguap ditambahkan terakhir bila temperature dari campuran telah cukup rendah tidak meyebabkan penguraian atau penguapan dari komponen. Banyak bahan-bahan ditambahkan pada campuran yang membeku dalam bentuk larutan, yang lain penambahan sebagai serbuk yang tidak larut, biasanya digerus dengan sebagian dasar salep. Dalam skala kecil proses peleburan dapat dilakukan pada cawan porselen atau gelas beker; pada skla besar umumnya dilaksanakan hetel uap berjaket; sesaat setelah membeku; salep dimasukkan melalui gilingan salep (dalam pabrik skala besar) atau digosok-gosokan dengan lumpang (pada pembuatan skala kecil) untuk memastikan homogenitasnya.
(Ansel, 1989)



Pada metode pengkajian ini dapat dibagi menjadi dua teknik, yaitu :
1. Teknik In Vitro
Teknik In Vitro, yang terpenting untuk mengkaji penetrasi kulit, meliputi penggunaan beberapa macam sel difusi dimana kulit binatang atau manusia terikat pada suatu tempat, dan senyawa-senyawa yang lewat dari permukaan epidermis ketempat cairan diukur.
2. Teknik In Vivo
Teknik In Vivo, yang terpenting adalah teknik histologis, penggunaan perunut, analisis jaringan dan cairan tubuh serta pembawa respon-respon biologis.
(Lachman, 1994)